didin-yp.co.cc ,hanya sedikit info yang saya berikan semoga bermanfaat,jangan lupa komentarnya

Minggu, 03 Juli 2011

Mengapa Doa tidak Terkabul???


MANUSIAWI jika seseorang menggerutu saat permintaannya tidak kunjung terkabulkan. Tak jarang muncul praduga macam-macam mulai dari yang wajar hingga kurang ajar. Jangan-jangan permintaan saya terlalu berlebihan dan tidak realistis (kelompok tahu diri), atau karena saya belum pantas diberi apa yang saya minta (kelompok merendah), ataukah "sang pemberi"-nya membenci saya sehingga ogah ngasih (kelompok tak tahu diri)?

Demikian juga dalam doa kita kepada Allah. Terlebih di saat musibah dan penderitaan terjadi beruntun menimpa bangsa kita akhir-akhir ini. Kita mungkin bertanya, apa sih gerangan yang menghalangi doa kita selama ini tidak terkabulkan? Ketika doa kita tidak terkabul, sering muncul banyak anggapan dan praduga. Tak jarang anggapan itu mengarah pada "prasangka" yang membahayakan keimanan. Misalnya, menganggap Allah tidak adil atau membenci diri pedoa dan keluarganya. Perbedaan prasangka itu sendiri, didasarkan pada kualitas keimanan setiap orang kepada Allah SWT.

Apabila doa tidak terkabul, setidaknya ada dua penghalang. Pertama, karena terburu-buru mengharapkan perkenan-Nya (HR Muttafaq Alaih). Jika kita analogikan transaksi jual-beli, doa bukan transaksi langsung, melainkan transaksi pinjaman. Seseorang diberi "pinjaman" apabila memenuhi persyaratan meminjam seperti administrasi dan lainnya. Ketika pinjaman tidak diberikan, sepatutnya kita bertanya adakah yang kurang dari administrasi persyaratan yang kita ajukan?

Sunatullah jika di dunia ini selalu berlangsung proses causa prima. Tidak ada akibat tanpa sebab (syarat), tidak ada hasil tanpa kerja keras, dan tidak ada pahala tanpa amal saleh. Selain itu, pinjaman menempatkan kita pada situasi khauf dan raja', harap-harap cemas. Berharap dapat pinjaman namun cemas saat membayarnya (baca: memenuhi hak doa yang kita minta).

Ibnu Al-Qayyim Al-Jawziyyah berikutnya menyebut syarat-syarat terkabulnya doa yang terbagi pada dua kategori: berdasarkan kriteria personal dan waktu berdoa (awqat al ijabah). Ada tiga golongan yang dijamin Rasulullah saw. akan diperkenankan doanya, "Tiga permohonan (doa) yang pasti diperkenankan Allah tanpa ditunda: doa orang yang dizalimi, doa seseorang yang dalam perjalanan, dan doa orang tua untuk anaknya," (HR Abu Dawud). Adapun waktu doa yang pasti diijabah, Ibnu Al Qayyim menyebut enam waktu: sepertiga malam, saat azan, antara azan dan iqamat, selesai salat wajib, saat imam naik mimbar pada hari Jumat hingga selesai, dan saat akhir waktu Asar (Ad Da'u Wa Ad Dawa': hal. 14).

Kedua, penyebab doa tidak terkabul ialah karena pelakunya sering berbuat maksiat. Salah satu syarat dekat dengan Allah adalah memiliki hati yang suci. Ketika seseorang banyak berbuat maksiat, hatinya kotor sehingga sulit dekat dengan Allah. Firman-Nya, "Kepada-Nya naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya," (Q.S. Fathir [35]: 10).

Di tengah ragam musibah dan penderitaan yang menimpa bangsa kita, tidak sepatutnya kita "berburuk sangka" kepada Allah SWT. Kita semestinya introspeksi diri dengan tetap meyakini kemurahan dan rahmat Allah akan datang cepat atau lambat, secara sekaligus atau berangsur-angsur. Bagi orang beriman, suka-duka hidup tiada lain batu ujian untuk menguji keimanan, mendewasakan diri, mengingatkan kealpaan, dan menuai pahala. Allah SWT berfirman, "Katakanlah, 'Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,'" (Q.S. Az Zumar [39]: 53).

Mengutip Ibnu Athaillah, seorang ahli sufi, dalam kitab Al-Hikam, sebesar apa pun dosa kita hendaknya tidak membuat kita terhalang berharap untuk berbaik sangka kepada Allah. Sesungguhnya orang yang mengenal Tuhannya, menganggap kelalaiannya itu kecil dibandingkan dengan kemurahan-Nya. Janganlah berhenti berharap, karena kemurahan-Nya membuka kita pada sejuta harapan untuk membangun masa depan terutama saat berharap pada kehidupan yang baik di kehidupan abadi kelak.

Doa adalah simbol kerendahan dan ketidakberdayaan seorang hamba di hadapan Allah. Ketidakberdayaan di hadapan-Nya, akan menancapkan psikologi optimistis pada pelakunya dalam menghadapi segala cobaan hidup. Doa membuat seseorang tenteram, dan pada saat yang sama melahirkan pengharapan. Janji Allah, mengabulkan permohonan setiap hamba-Nya (Q.S. Al Mu'min [40]: 60).

Para ulama menggariskan, syarat terkabul doa ialah: Pertama, tidak terburu-buru mengharapkan perkenan-Nya. Kedua, yakin doa terkabul. Dalam hadis Qudsi Allah SWT berfirman, "Aku bergantung prasangka seorang hamba," (HR Bukhari). Ketiga, dilakukan rendah hati, tidak dengan suara keras (Q.S. Al A'raf [7]: 55-56). Keempat, senjata tidak hanya dibuat runcing dan tajam, tetapi juga difungsikan. Doa tidak akan terwujud tanpa usaha, ikhtiar, dan kerja keras dalam merealisasikan harapan dalam doa kita tersebut. Wallahu a'lam!** Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar