didin-yp.co.cc ,hanya sedikit info yang saya berikan semoga bermanfaat,jangan lupa komentarnya

Senin, 19 November 2012

Kode Nomer SMD


 SMD ( Surface Mounted Device ) Resistor adalah resistor dengan bentuk kotak kecil yang cara pemasangannya menempel pada pcb

Bentuk fisik dari SMD resistor adalah sebagai berikut :
Dalam pengkodean untuk SMD resistor ada tiga macam yaitu :
  1. Untuk SMD resistor 5 % dengan angka tiga digit.
  2. Untuk SMD resistor 1% dengan menggunakan angka 4 digit.
  3. Untuk SMD resistor 1% dengan menggunakan kombinasi duadigit angka dan satu digit huruf.
SMD Resistor 5% menggunakan 3 digit angka
Cara membacanya adalah sebagai berikut :
ANGKA 1 = Menunjukan angka pertama
ANGKA 2 = Menunjukan angka kedua
ANGKA 3 = Menunjukan angka multiplier
Contoh :
103
Angka digit pertama = 1, angka digit kedua = 0 dan angka digit ketiga = 103. Sehingga nilainya adalah 10000 Ω atau 10 K Ω dengan toleransi 5%
224
Angka digit pertama = 2, angka digit kedua = 2 dan angka digit ketiga = 104. Sehingga nilainya adalah 22000 Ω atau 220 K Ω dengan toleransi 5%
SMD Resistor 1% menggunakan 4 digit angka
Cara membacanya adalah sebagai berikut :
ANGKA 1 = Menunjukan angka pertama
ANGKA 2 = Menunjukan angka kedua
ANGKA 3 = Menunjukan angka ketiga
ANGKA 4 = Menunjukan angka multiplier
Contoh :
2734
Angka digit pertama = 2, angka digit kedua = 7, angka digit ketiga = 3 dan angka digit keempat = 104. Sehingga nilainya adalah 2730000 Ω atau 2,73 M Ω dengan toleransi 1%
1352
Angka digit pertama = 1, angka digit kedua = 3, angka digit ketiga = 5 dan angka digit ke empat = 102 Sehingga nilainya adalah 13500 Ω atau 13,5 K Ω dengan toleransi 1%
SMD Resistor 1% menggunakan 2 digit angka dan 1 digit huruf
Cara membacanya :
2 angka didepan menunjukan kode Nilai resistor berdasarkan tabel dibawah ini, sedang huruf menunjukkan faktor pengali / multiplier yang ditunjukan pada tabel dibawah ini (tabel dibawahnya)
Tabel kode angka SMD 2 digit angka dan 1 digit huruf
Code Value
Code Value
Code Value
Code Value
Code Value
Code Value
01 100 17 147 33 215 49 316 65 464 81 681
02 102 18 150 34 221 50 324 66 475 82 698
03 105 19 154 35 226 51 332 67 487 83 715
04 107 20 158 36 232 52 340 68 499 84 732
05 110 21 162 37 237 53 348 69 511 85 750
06 113 22 165 38 243 54 357 70 523 86 768
07 115 23 169 39 249 55 365 71 536 87 787
08 118 24 174 40 255 56 374 72 549 88 806
09 121 25 178 41 261 57 383 73 562 89 825
10 124 26 182 42 237 58 392 74 576 90 845
11 127 27 187 43 274 59 402 75 590 91 866
12 130 28 191 44 280 60 412 76 604 92 887
13 133 29 196 45 287 61 422 77 619 93 909
14 137 30 200 46 294 62 432 78 634 94 931
15 140 31 205 47 301 63 442 79 649 95 953
16 143 32 210 48 309 64 453 80 665 96 976

Tabel kode huruf untuk SMD Resistor 1%
Letter Multiple
Letter Multiple
F 100000 B 10
E 10000 A 1
D 1000 X atau S 0,1
C 100 Y atau R 0,01

Contoh :
22A
Pada tabel angka sebelah kiri dapat dibaca untuk 22 menunjukan nilai 165 dan huruf A pada tabel Kode huruf (sebelah kanan) adalah 1 X, maka nilai dari resistor tersebut adalah 165Ω dengan toleransi 1%
68C
Pada tabel angka sebelah kiri dapat dibaca untuk 68 menunjukan nilai 499 dan huruf C pada tabel Kode huruf (sebelah kanan) adalah 100 X, maka nilai dari resistor tersebut adalah 49900Ω atau 49,9 K Ω dengan toleransi 1%
Share

Cara Menghitung Resistor Berdasarkan Warna Gelang


Kode warna diatur oleh EIA (Electronic Industries Association)

Dimulai dengan warna paling gelap (hitam) lebih terang hingga warna paling terang (putih).
Gambar urutan gelang warna pada resistor :
Pedoman dalam menentukan urutan gelang warna :
  1. Gelang pertama tidak berwarna hitam, emas, perak, atau tidak berwarna
  2. Gelang terakhir ( toleransi ) jarak/spasinya lebih lebar dibanding dengan jarak gelang yang lain
  3. Gelang pertama dibuat lebih lebar dari yang lain, apabila spasi antar gelang jaraknya sama
Daftar Kode warna resistor untuk 4 dan 5 gelang
Pemberian nilai untuk resistor karbon selalu dengan gelang kode warna, kecuali untuk resistor chip sudah memakai angka. Untuk resistor berbahan wire wounded selalu nilai ditulis langsung pada badan resistor.
Warna Gelang 1 Gelang 2 Gelang 3 Multiplier Toleransi
Hitam   0 0 1 Ohm  
Coklat 1 1 1 10 Ohm ± 1 %
Merah 2 2 2 100 Ohm ± 2 %
Orange 3 3 3 1 K Ohm  
Kuning 4 4 4 10 K Ohm  
Hijau 5 5 5 100 K Ohm ± 0,5 %
Biru 6 6 6 1 M Ohm ± 0,25 %
Ungu 7 7 7 10 M Ohm ± 0,10 %
Abu-abu 8 8 8   ± 0,05 %
Putih 9 9 9    
Emas       0,1 Ohm ± 5 %
Perak       0,01 Ohm ± 10 %
Contoh pembacaan kode warna resistor 4 dan 5 warna :
1 Gelang 1 = Coklat ( 1 )
Gelang 2 = Hitam ( 0 )
Gelang 3 = Merah ( 102)
Gelang 4 = emas ( 5 % )
Nilai resistor tersebut adalah : 10 X 102= 1000 Ω = 1 KΩ ± 5 %
2 Gelang 1 = Coklat ( 1 )
Gelang 2 = Hitam ( 0 )
Gelang 3 = Hitam ( 0 )
Gelang 4 = Merah ( 102)
Gelang 5 = Coklat ( 1 % )
Nilai Resistor adalah : 100 X 102= 10000 Ω = 10 KΩ ± 1 %
Share

Rangkaian LED


LED (Light Emiting Diode) termasuk jenis dioda semikonduktor yang banyak dipakai di dunia elektronika terutama digunakan sebagai indikator. Seiring perkembangan teknolgi dan kebutuhan, kini LED banyak dipakai sebagai penerangan pengganti lampu pijar dan lampu neon yang membutuhkan daya cukup besar. Alasannya, selain karena lebih awet, daya yang dibutuhkan LED jauh lebih kecil sehingga dapat menghemat penggunaan energi listrik.

Tidak seperti lampu pijar dan lampu neon, LED mempunyai kecenderungan polarisari yang mempunyai kutub positif dan negatif sehingga untuk menyalakan LED harus diberi arus maju (forward). Jika LED diberi arus terbalik (reverse) maka chip di dalam LED tidak akan mengeluarkan emisi cahaya bahkan jika tegangan sumber terlalu besar dapat menyebabkan LED tersebut rusak. Bukan hanya itu, meskipun LED diberi arus maju tetapi kalau arusnya terlalu besar, maka LED pun akan rusak. Di sinilah perlunya tahanan (resistor) untuk membatasi arus.

Setiap warna LED mempunyai karakteristik yang berbeda seperti besarnya drop tegangan dan arus yang dibutuhkan untuk membuat chip di dalam LED menghasilkan emisi cahaya. Semakin terang jenis LED (Super Bright LED) semakin besar drop tegangan dan arus yang dibutuhkan.

Karena perbedaan karakteristik inilah maka untuk membuat rangkaian seri agar setiap LED menyala normal, cukup sulit karena besarnya cahaya yang dihasilkan akan berbeda, bahkan sebagian LED dapat tidak menyala atau redup. Untuk mencegah hal seperti ini LED yang berbeda warna harus dipasang paralel dengan resistor pembatas yang disesuaikan dengan kebutuhan arus LED.

Berikut ini adalah spesifikasi (tegangan dan arus) yang dibutuhkan agar LED menyala dengan normal:

Tegangan LED
  1. Standar Red : 1,7 Volt
  2. Super Bright Red : 2,2 Volt
  3. Standar Green : 2,2 Volt
  4. High Intensity Blue : 3,0 - 3,5 Volt
  5. High Intensity White :  3,0 - 3,5 Volt
Arus LED
  1. LED berdiameter 3 mm - 5 mm pada umumnya beroperasi 20 mA sampai 30 mA.
  2. Super Bright LED membutuhkan arus >200 mA
Contoh permasalahan:
  1. Perhatikan gambar di bawah. Jika kita mempunyai sumber tegangan DC (misalnya AKI motor) 12 Volt dan sebuah LED merah standar dengan ukuran 5 mm, maka resistor yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

    Rangkaian LED

    Diketahui:
    Tegangan Sumber (V) = 12 Volt
    Tegangan LED (VLED) = 1,7 Volt
    Arus LED (ILED) = 20 mA atau 0,02 A (1 Ampere = 1000 mA)

    Menghitung Resitor (R) yang dibutuhkan:
    R = (V-VLED) / ILED
       = (12-1,7) / 0,02
       = 10,3 / 0,02
       = 515 Ohm

    Karena resistor dengan nilai 515 Ohm jarang ada di pasaran, alternatifnya dapat menggunakan resitor dengan nilai 560 Ohm, dengan demikian maka arus total yang mengalir dan daya yang dibutuhkan resitor tersebut adalah sebagi berikut:

    Arus (I):
    I = (V-VLED) / R
      = (12 - 1,7) / 560
      = 10,3 / 560
      = 0,0184 Ampere
      = 18,4 mA

    Daya (P):
    P = I^2 x R
       = 0,0184^2 x 560
       = 0,19 Watt

    Di pasaran tersedia resitor 1/4 Watt. Tentu saja jika menggunakan resistor yang lebih besar dayanya akan lebih baik (awet), tetapi jangan terlalu extrim misalnya dapat menggunakan resistor 1/2 Watt dengan nilai 560 Ohm.

  2. Bagaimana jika LED yang akan dipasang adalah jenis High Intensity White dengan ukuran 5 mm sebanyak empat buah? Berikut cara menghitung tahanan (resitor yang tepat).

    LED Sepeda Motor

    Diketahui:
    Tegangan Sumber (V) = 12 Volt
    Tegangan LED (VLED) = 3,0 Volt
    Arus LED (ILED) = 200 mA atau 0,2 A (1 Ampere = 1000 mA)

    Menghitung Resitor (R) yang dibutuhkan:
    R = (V-(2 x VLED)) / ILED
       = (12-(2 x 3,0)) / 0,2
       = (12-6) / 0,2
       = 6 / 0,2
       = 30 Ohm

    Di pasaran tersedia 33 Ohm, dengan demikian arus total dan daya minimal resistor adalah sebagai berikut:

    Arus (I):
    I = (V-(2 x VLED) / R
      = (12 - (2 x 3.0)) / 33
      = (12-6) / 33
      = 6 / 33
      = 0,182 Ampere
      = 182 mA

    Daya (P):
    P = I^2 x R
       = 0,182^2 x 33
       = 1,09 Watt

    Jadi dapat menggunakan tahanan 1 Watt atau lebih dengan nilai 33 Ohm.

Referensi lain:
http://ledcalc.com/ Share

Minggu, 18 November 2012

Memanfaatkan Sound Card PC untuk Oscilloscope/alat untuk melihat gelombang/sinyal pada suatu rangkaian elektronika


Sering kali oscilloscope terdapat di lab. elektronika baik sekolah, perguruan tinggi, instansi-instansi maupun perorangan yang bergerak di bidang elektronika. Oscilloscope digunakan sebagai alat untuk melihat gelombang/sinyal pada suatu rangkaian elektronika yang kemudian hasil tampilan gelombang/sinyal digunakan sebagai data untuk menganalisa sesuatu. Terdapat begitu banyak oscilloscope yang telah beredar, ada yang berukuran besar seperti pada lab-lab perguruan tinggi, kecil yang bisa dibawa kemana-mana serta bermacam-macam merk. Ternyata sound card dari PC kita dapat digunakan sebagai oscilloscope. Melalui sebuah program kita dapat menggunakan sound card PC kita sebagai oscilloscope dengan spesifikasi tertentu. Berikut penjelasan manual Software:


1. Kebutuhan
• Windows 2000 , XP or Vista
• PC yang telah terinstall Sound Card
• Ruang Hard disk 50MB

2. Instalasi

Ekstrak ZIP file ke suatu directori dan jalankan setup.exe. Program dapat dimulai setelah muncul program menu dari OS windows.

3. Deskripsi / Penjelasan

Software ini dapat digunakan untuk menampilkan dan menganalisis gelombang suara. Data dapat direcord secara langsung dari sound card (dengan/melalui microphone atau LINE input), atau dari suatu sumber seperti CD atau Media player. Input ke oscilloscope digambarkan oleh Windows sound mixer (lihat di bawah). Software memperoleh data input untuk sound card via Windows interface. Hal itu tidak terkomunikasikan secara langsung dengan sound card. Oleh karena itu masalah sound card harus ditroubleshoot pada level sistem operasi.

User interface diatur seperti sebuah oscilloscope konvensional. Bagaimanapun, di program window, penambahan XY display, frekuensi analisis, dan beberapa setting telah disediakan.

3.1 Oscilloscope

Software menampilkan sebelah kiri dan kanan channel dari sound card di window oscilloscope. Channel sebelah kiri diwakili dengan garis warna hijau dan channel sebelah kanan dengan garis warna merah. Pada window user interface terdapat window knob-konb dan input untuk 3 fungsi berikut: Amplitudo, Time, dan trigger.

Gambar 1: Soundcard oscilloscope

3.1.1 Setting Amplitudo
Skala amplitudo dari 2 channel dapat diset independen secara sinkron. Setting tersebut aktif/enable saat program start-up dan dapat dinon-aktifkan dengan menghilangkan tanda centang pada “Sync CH 1&2” di front panel. Dalam kondisi channel control independen, aktif channel harus terpilih oleh tombol “Select CH” (lihat gambar 2).

Gambar 2: Setting Amplitudo dan Channel Offsets

Nilai Amplitudo diberikan dalam unit per divisi dari layar oscilloscope dan ditampilkan juga untuk kedua channel pada layar ini. Nilai Amplitudo sesuai dengan level sound digital dibagi oleh 32768. Ini menunjukkan 16 Bit resolusi dari data yang diambil dari sound card. Dalam kaitan dengan setting volume yang berbeda di Windows, sound level absolute tidak dapat ditentukan secara langsung! Oleh karena itu, nilai yang ditunjukkan dapat diartikan dalam arbitrary units. Setting Amplitudo keduanya menunjuk pada window oscilloscope dan gafik XY. Offset dapat diatur tiap-tiap channel secara individual via window input yg disesuaikan, dengan demikian dua trace dapat dipisahkan satu dengan yang lain.

3.1.2 Timebase
Time Setting mengacu seluruh range yang mewakili dan tidak mengacu pada nilai per unit sama dengan normal oscilloscope! Range mulai dari 1ms sampai 10.000ms. Pelebaran Range dan penyempitan range digunakan untuk scanning rate. Ini tidak dapat dihindari karena luasnya pemakaian komputer. Dalam setting trigger “single” scanning rate mengalami kenaikan lagi, sejak pemanfaatan computer kurang begitu penting.

3.1.3 Trigger
Mode-mode Trigger setting yaitu “off”, “normal”, “single”. Mode tersebut sesuai dengan mode-mode standard dari oscilloscope. Trigger Threshold dapat diatur juga di input window dari trigger selection, atau dengan menggeser tanda silang kuning di window oscilloscope menggunakan mouse. Trigger Time hanya dapat diatur dengan menggeser tanda silang dengan mouse.
Dalam mode single SHOT dari trigger, RUN/STOP switch tidak aktif secara otomatis dan harus di tekan lagi untuk menjalankan pengambilan data baru.
Tombol program trigger “Auto Set” untuk memperkirakan optimal time base dan trigger level. Frekuensi utama terdapat di trigger channel digunakan untuk memperoleh time base. Nilai Threshold diambil dari sinyal amplitudo. Jika amplitudo terlalu kecil, maka tombol tersebut tidak berpengaruh. Di bawah frekuensi 20Hz hasilya tidak dapat dipastikan dikaitkan dengan batas time window yang digunakan untuk analisis.

3.1.4 Mode Channel
Dalam kondisi default, dua channel ditampilkan di dalam oscilloscope window. Dengan tombol pilihan mode pada bagian bawah dari program window, penjumlahan, perbedaan atau hasil dari channel dapat dipilih.

3.1.5 Analisis Data
Pada user interface terdapat tombol run/stop yang dapat digunakan meng-interrupt saat pengambilan data untuk memberikan waktu guna menganalisa konten yang ada pada window saat itu. Amplitudo atau Waktu/Frekuensi dapat diukur dengan bantuan kursor dalam oscilloscope window. Kursor yang bersesuaian dapat diaktifkan hingga selector box dibawah window dan dapat digeser dengan mouse.
Dalam mode Amplitudo, nilai untuk dua kursor dari amplitudo yang berbeda ditampilkan.

Gambar 3: Analisis Ampiltudo dengan kursor. Nilai yang ditampilkan sesuai dengan Channel 1.

Untuk Mode Time/waktu, perbedaan waktu dan frekuensi yang sesuai ditampilkan secara langsung. Data dapat juga diuji lebih detail dengan menggunakan zoom. Detail disekitar posisi tegak lurus garis trigger dapat ditingkatkan. Range dapat diubah dengan menggeser garis trigger.

3.2 X-Y Graph
Berikut dua channel ditampilkan berlawanan satu dengan yang lain. Dengan demikian Gambar Lissajous dapat dihasilkan. Untuk frekuensi berikut dapat diatur pada sinyal generator.


Gambar 4: Gambar Lissajous untuk f1=440Hz, f2= 880Hz dan sebuah Phase dari 45°

Slider diatas grafik dapat mengubah kepresisian waktu dari data yang ditampilkan. Untuk peningkatan setting lama waktu, time window ditampilkan pada layer. Perubahan sinyal yang cepat seharusnya lebiha baik ditampilkan dengan presisi singkat.
Kontrol sepanjang sumbu x dan y memberikan penskalaan dari channel yang sesuai. Range yang mewakili dipilih dengan mengatur knob amplitudo pada program window.

3.3 Analisis Frekuensi
Dalam window “ analisis frekuensi” , pada display ditampilkan hasil dari analisis Forier dari channel yang dipilih. Channel dapat dipilih dari tombol pilihan di atas layar grid(bergaris kotak-kotak). Pada kondisi default, Grafik yang ditampilkan adalah amplitudo antara 0 – 10.000Hz. Amplitudo seperti halnya frekuensi dapat ditampilkan dengan sebuah skala logaritma.
Skala vertikal dapat secara otomatis diatur dengan memilih check-box Auto-scale diatas grafik. Pengaturan secara manual dapat dilakukan dengan mengklik dua kali nilai maksimal atau minimum dari sumbu dan memasukkan nilai baru. Hal tersebut dapat dilakukan hanya jika auto-scale dalam kondisi disable.
Di bawah grafik terdapat sebuah roll bar dan kontrol sliding zoom; kontrol tersebut memberikan batas range yang ditandai untuk diubah. Hal ini hanya jika pengambilan data telah dihentikan oleh tombol run/stop. Zoom shot slider menunjukkan detail dari analisis frekuensi: gunakan mouse untuk men-set garis kuning tegak lurus ke frekuensi yang diinginkan dan atur zoom shot slider ke atas untuk detail yang diinginkan.


Gambar 5: Analisis frekuensi dari sinyal 440Hz

Dua nilai Output dibawah slider menunjukan frekuensi pada posisi kursor dan nilai frekuensi terkuat yang ditemukan dari analisis harmonis data. Sebagai catatan analisis Forier selalu bergantung atas data dengan sampling rate penuh yaitu 44.1kHz. Oleh karena itu, kontroller waktu otomatis melompat ke nilai sebelumnya ketika window dalam keadaan aktif.
Pilihan “peak hold” membolehkan untuk menyimpan nilai amplitudo maksimal dari analisis Forier. Hal ini membolehkan untuk menampilkan transfer fungsi ketika memakai white noise generator.


Gambar 6: Pemanfaatan transfer fungsi “Peak Hold “ dengan white noise generator.

Di bawah analisis frekuensi, sebuah Pengaturan frekuensi- selective filter (dengan Besselfilter 10th) juga disediakan. Tiga macam filter dapat dipilih: Low-pass, High-pass dan band-pass filter. Frekuensi kritikal dapat diatur dengan mengikuti sliding kontrol.
Di atas frequency-selective filter terdapat tombol untuk membuka kontrol filter dalam window yang terpisah. Fungsi ini membolehkan satu untuk menerima efek dari filter secara langsung dalam oscilloscope window. Klik 2 kali pada tombol atau menutup window akan mengembalikan setting original.

 Link Download :
Soundcard Oscilloscope Software (Scope v1.40. exe)
Manual Soundcard Oscilloscope Software (scope v1.40).pdf

Link : Original sites http://www.zeitnitz.de/Christian/scope_en

Share

Selasa, 13 November 2012

CARA MEMBACA MULTIMETER / AVOMETER ANALOG

Sebelum masuk lebih jauh mengenai cara mengukur besaran listrik seperti Tegangan (Volt), Arus (Ampere), dan Tahanan (Ohm) ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu apa itu Multimeter atau Avometer.

Yang dimaksud Multimeter atau Avometer adalah Alat ukur Listrik yang memungkinkan kita untuk mengukur besarnya Besaran listrik yang ada pada suatu rangkaian baik itu Tegangan, Arus, maupun Nilai Hambatan/Tahanan. AVOmeter adalah singkatan dari Ampere Volt Ohm Meter, jadi hanya terdapat 3 komponen yang bisa diukur dengan AVOmeter sedangkan Multimeter , dikatakan multi sebab memiliki banyak besaran yang bisa di ukur, misalnya Ampere, Volt, Ohm, Frekuensi, Konektivitas Rangkaian (putus ato tidak), Nilai Kapasitif, dan lain sebagainya. Terdapat 2 (dua) jenis Multimeter yaitu Analog dan Digital, yang Digital sangat mudah pembacaannya disebabkan karena Multimeter digital telah menggunakan angka digital sehingga begitu melakukan pengukuran Listrik, Nilai yang diinginkan dapat langsung terbaca asalkan sesuai atau Benar cara pemasangan alat ukurnya.
Mari mengenal bagian-bagian Multimeter atau Avometer agar lebih memudahkan dalam memahami tulisan selanjutnya:
CARA MEMBAC A MULTIMETER
Bagian-Bagian Multimeter
Saya akan berikan sedikit penjelasan mengenai gambar di atas. Yang perlu untuk di perhatikan adalah :
  1. SEKRUP PENGATUR JARUM, Sekrup ini dapat di putar dengan Obeng atau plat kecil, Sekrup ini berfungsi mengatur Jarum agar kembali atau tepat pada posisi 0 (NOL), terkadang jarum tidak pada posisi NOL yang dapat membuat kesalahan pada pengukuran, Posisikan menjadi NOL sebelum digunakan.
  2. TOMBOL PENGATUR NOL OHM. Tombol ini hampir sama dengan Sekrup pengatur jarum, hanya saja bedanya yaitu Tombol ini digunakan untuk membuat jarum menunjukkan angka NOL pada saat Saklar pemilih di posisikan menunjuk SKALA OHM. Saat saklar pemilih pada posisi Ohm biasanya pilih x1 pada skala Ohm kemudian Hubungkan kedua ujung TERMINAL (Ujung terminal Merah bertemu dengan Ujung terminal Hitam) dan Lihat pada Layar penunjuk, Jarum akan bergerak ke KANAN (Disitu terdapat angka NOL (0), Putar tombol pengatur Nol Ohm sampai jarum menunjukkan angka NOL). Proses ini dinamakan KALIBRASI OhmMeter. Hal ini Muthlak dilakukan sebelum melakukan pengukuran tahanan (OHM) suatu komponen atau suatu rangkaian.
  3. SAKLAR PEMILIH. Saklar ini harus di posisikan sesuai dengan apa yang ingin di UKUR, misalnya bila ingin mengukur tegangan AC maka atur/putar saklar hingga menyentuh skala AC yang pada alat ukur tertulis ACV, Begitu pula saat mengukur tegangan DC, cari yang tertulis DCV, begitu seterusnya. Jangan Salah memilih Skala Pengukuran.
    Pada setiap bagian SKALA PENGUKURAN yang dipilih dengan Saklar Pemilih, terdapat Nilai-nilai yang tertera pada alat ukur, Misalnya Pada Skala Tegangan AC (tertulis ACV pada alat ukur) tertera skala 10, 50, 250, dan 750 begitu pula pada Skala Tegangan DC (tertulis DCV pada alat ukur) tertera skala 0.1 , 0.25 , 2.5 , 10 , dst. Apa maksud Skala ini?? Dan Bagaimana Memilihnya??
    Pedoman Memilih SKALA Pengukuran:
    Skala tersebut adalah skala yang akan digunakan untuk membaca hasil pengukuran, Semua skala dapat digunakan untuk membaca, Hanya saja tidak semua skala dapat memberikan atau memperlihatkan nilai yang diinginkan, misalnya kita mempunyai Baterai 9 Volt DC, kemudian kita mengatur SAKLAR PEMILIH untuk Memilih SKALA TEGANGAN DC pada posisi 2,5 dan menghubungkan TERMINAL Merah dengan positif (+) baterai dan Hitam dengan Negatif (-) baterai. Apa yang akan terjadi?? Jarum akan bergerak ke Ujung Kanan dan tidak menunjukkan angka 9Volt, Mengapa Demikian?? Sebab NILAI MAKSIMAL yang dapat diukur bila kita memposisikan Saklar Pemilih pada skala 2.5 adalah hanya 2.5 Volt saja, sehingga untuk mengukur Nilai 9Volt maka saklar harus di putar menuju Skala yang LEBIH BESAR sari NILAI Tegangan yang di Ukur, jadi Putar pada Posisi 10 dan Alat ukur akan menunjukkan nilai yang diinginkan.Penjelasan Lebih Lengkap Mengenai MEMBACA ALAT UKUR akan di Bahas selanjutnya pada tutorial ini.
Saya tidak akan membahas semua bagian-bagian alat ukur tetapi bila ingin mengetahui fungsi-fungsi dari tiap bagian alat ukur, Anda dapat membaca DISINI.
ALAT UKUR LISTRIK HARUS DIPASANG DENGAN BENAR, Mengapa saya katakan Demikian??
Untuk melakukan suatu pengukuran listrik, Posisi alat ukur pada rangkaian juga Mesti dan Hal wajib yang harus di perhatikan agar pembacaan alat ukur tidak salah. Pemasangan Alat ukur yang salah /Tidak  benar memberikan hasil pengukuran yang TIDAK BENAR dan bukan kurang tepat, jadi ini sangat perlu di perhatikan. Mari kita melihat posisi alat ukur yang benar:
  1. Posisi alat ukur saat mengukur TEGANGAN (Voltage)
    Pada saat mengukur tegangan baik itu teggangan AC maupun DC, maka Alat ukur mesti di pasang Paralel terhadap rangkaian. Maksud paralel adalah kedua terminal pengukur ( Umumnya berwarna Merah untuk positif (+) dan Hitam untuk Negatif (-) harus membentuk suatu titik percabangan dan bukan berjejer (seri) terhadap beban. Pemasangan yang benar dapat dilihat pada gambar berikut:
    Mengukur Tegangan dengan Multimeter
    Memasang Multimeter Paralel
  2. Posisi alat ukur saat mengukur ARUS (Ampere)
    Untuk melakukan pengukuran ARUS yang mesti diperhatikan yaitu Posisi terminal harus dalam kondisi berderetan dengan Beban, Sehingga untuk melakukan pengukuran arus maka rangkaian mesti di Buka / diputus / Open circuit dan kemudian menghubungkan terminal alat ukur pada titik yang telah terputus tersebut. Pemasanngan yang benar dapat dilihat pada gambar:
    Mengukur Ampere pada Multimeter
    Memasang Multimeter SERI
  3. Posisi alat ukur saat mengukur Hambatan (Ohm)
    Yang mesti diketahui saat pngukuran tahanan ialah JANGAN PERNAH MENGUKUR NILAI TAHANAN SUATU KOMPONEN SAAT TERHUBUNG DENGAN SUMBER. Ini akan merusak  alat ukur. Pengukurannya sangat mudah yaitu tinggal mengatur saklar pemilih ke posisi Skala OHM dan kemudian menghubungkan terminal ke kedua sisi komponen (Resistor) yang akan di ukur.
    Mengukur nilai Tahanan Resistor
    Memasang Multimeter untuk mengukur tahanan
Kali ini saya tidak akan membahas mengenai mengapa alat ukur di pasang paralel saat mngukur tegangan dan Seri pada saat mengukur Arus, sebab itu lebih kompleks kecuali ada yang membutuhkannya. Hal ini erat kaitannya dengan Rangkaian dalam suatu alat ukur.
Setelah mengetahui Cara mengatur Saklat Pemilih yang Benar, Mengetahui Jenis Skala yang akan digunakan, dan Cara pemasangan alat ukur yang benar, maka tiba saatnya kita melakukan Pengukuran Besaran Listrik.
MENGUKUR TEGANGAN LISTRIK (VOLT / VOLTAGE) DC
Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:
  1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).
  2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila menurut anda angka yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan Pengaturan Sekrup.
  3. Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2 mengenai Tombol Pengatur Nol OHM). Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k selanjutnya tempelkan ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan positif (merah). Nolkan jarum AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm.
  4. Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Tegangan yang anda ingin ukur, ACV untuk tegangan AC (bolak balik) dan DCV untuk tegangan DC (Searah).
  5. Posisikan SKALA PENGUKURAN pada nilai yang paling besar terlebih dahulu seperti 1000 atau 750 jika anda TIDAK TAHU berapa nilai tegangan maksimal yang mengalir pada rangkaian.
  6. Pasangkan alat ukur PARALEL terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di ukur.
  7. Baca Alat ukur.
Cara Membaca Nilai Tegangan yang terukur:
  1. Misalkan Nilai tegangan yang akan diukur adalah 15 VOLT DC (Belum kita ketahui sebelumnya, itulah saya katakan Misalnya).
  2. Kemudian Kita memposisikan saklar pemilih pada posisi DCV dan memilih skala paling besar yang tertera yaitu 1000.  Nilai 1000 artinya Nilai tegangan yang akan diukur bisa mencapai 1000Volt.
  3. Saat memperhatikan Alat ukur maka Dalam Layar penunjuk jarum tidak terdapat skala terbesar 1000 yang ada hanya 0-10, 0-50, dan 0-250.  Maka Untuk memudahkan membaca perhatikan skala 0-10 saja.
  4. Skala penunjukan 0-10 berarti saat jarum penunjuk tepat berada pada angka 10 artinya nilai tegangan yang terukur adalah 1000 Volt, jika yang di tunjuk jarum adalah angka 5 maka nilai tegangan sebenarnya yang terukur adalah 500 Volt, begitu seterusnya.
  5. Kembali Pada Kasus no. 1 dimana nilai tegangan yang akan diukur adalah hanya 15 Volt sementara kita menempatkan saklar pemilih pada Posisi 1000, maka jarum pada alat ukur hanya akan bergerak sedikit sekali sehingga sulit bagi kita untuk memperkirakan berapa nilai tegangan sebenarnya yang terukur. Untuk itu Pindahkan Saklar Pemilih ke Nilai Skala yang dapat membuat Jarum bergerak lebih banyak agar nilai pengukuran lebih akurat.
  6. Misalkan kita menggeser saklar pemilih ke Posisi 10 pada skala DCV. Yang terjadi adalah, jarum akan bergerak dengan cepat ke paling ujung kanan. Hal ini disebabkan nilai tegangan yang akan di ukur LEBIH BESAR dari nilai Skala maksimal yang dipilih. Jika Hal ini di biarkan terus menerus maka alat ukur DAPAT RUSAK, Jika jarum alat ukur bergerak sangat cepat ke kanan, segera pisahkan alat ukur dari rangkaian dan ganti Skala SAKLAR PEMILIH ke posisi yang lebih Besar. Saat saklar Pemilih diletakkan pada angka 10 maka yang di perhatikan dalam layar penunjukan jarum adalah range skala 0-10, dan BUKAN 0-50 atau 0-250.
    Mengukur Nilai Tegangan rangkaian
    Multimeter Over, Awas Rusak
  7. Telah saya jelaskan bahwa saat memilih skala 10 untuk mengukur nilai tegangan yang lebih besar dari 10 maka nilai tegangan sebenarnya tidak akan terukur / diketahui. Solusinya adalah Saklar Pemilih di posisikan pada skala yang lebih besar dari 10 yaitu 50. Saat memilih Skala 50 pada skala tegangan DC (tertera DCV), maka dalam Layar Penunjukan Jarum yang mesti di perhatikan adalah range skala 0-50 dan BUKAN lagi 0-10 ataupun 0-250.
  8. Saat Saklar pemilih berada pada posisi 50 maka Jarum Penunjuk akan bergerak Tepat di tengah antara Nilai 10 dan 20 pada range skala 0-50 yang artinya Nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur bernilai 15 Volt.
    Perhatikan gambar berikut:
    Multimeter Tegangan benar
    Nilai tegangan Terlihat Benar
  9. Untuk mengetahui berapa nilai tegangan yang terukur dapat pula menggunakan RUMUS:
Rumus menghitung Nilai Multimeter
Jadi misalnya, tegangan yang akan di ukur 15 Volt maka:
Tegangan Terukur             = (50 / 50) x 15
Nilai Tegangan Terukur  = 15
Berikut saya akan berikan Contoh agar kita lebih mudah dalam memahaminya:
Contoh I.
Saat melakukan pengukuran ternyata Jarum Alat Ukur berada pada posisi seperti yang terlihat pada gambar:
Multimeter Scale
Berapakah Nilai tegangan DCV yang terukur saat Saklar Pemilih berada pada Posisi:
  1. 2.5
  2. 10
  3. 50
  4. 1000
Jawab:
  1. Skala saklar pemilih = 2.5
    Skala terbesar yang dipilih = 250
    Nilai yang ditunjuk jarum = 110 (perhatikan skala 0-250)
    Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
    Teg VDC = (2.5/250)x 110 = 1.1 Volt
  2. Skala saklar pemilih = 10
    Skala terbesar yang dipilih = 10
    Nilai yang ditunjuk jarum = 4.4 (perhatikan skala 0-10)
    Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
    Teg VDC = (10/10)x 4.4 = 4.4 Volt
  3. Skala saklar pemilih = 50
    Skala terbesar yang dipilih = 50
    Nilai yang ditunjuk jarum = 22 (perhatikan skala 0-50)
    Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
    Teg VDC = (50/50)x 22 = 22 Volt
  4. Skala saklar pemilih = 1000
    Skala terbesar yang dipilih = 10
    Nilai yang ditunjuk jarum = 4.4 (perhatikan skala 0-10)
    Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
    Teg VDC = (1000/10)x 4.4 = 440 Volt
MENGUKUR TEGANGAN LISTRIK (VOLT / VOLTAGE) AC
  1. Untuk mengukur Nilai tegangan AC anda hanya perlu memperhatikan Posisi Sakelar Pemilih berada pada SKALA TEGANGAN AC (Tertera ACV) dan kemudian memperhatikan Baris skala yang berwarna Merah pada Layar Penunjuk Jarum.
  2. Selebihnya sama dengan melakukan pengukuran Tegangan DC di atas.
    Multimeter Scale
MENGUKUR ARUS LISTRIK (Ampere) DC
Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:
  1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).
  2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0)
  3. Lakukan Kalibrasi alat ukur
  4. Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Arus DCA
  5. Pilih SKALA PENGUKURAN yang diinginkan seperti 50 Mikro, 2.5m , 25m , atau 0.25A.
  6. Pasangkan alat ukur SERI terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di ukur.
  7. Baca Alat ukur (Pembacaan Alat ukur sama dengan Pembacaan  Tegangan DC diatas)
MENGUKUR NILAI TAHANAN / RESISTANSI RESISTOR (OHM)
Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:
  1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).
  2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila menurut anda angka yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan Pengaturan Sekrup.
  3. Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2 mengenai Tombol Pengatur Nol OHM). Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k selanjutnya tempelkan ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan positif (merah). Nolkan jarum AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm.
  4. Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala OHM yang diinginkan yaitu pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k, Maksud tanda x (kali /perkalian) disini adalah setiap nilai yang terukur atau yang terbaca pada alat ukur nntinya akan di KALI kan dengan nilai Skala OHM yang dipilih oleh saklar Pemilih.
  5. Pasangkan alat ukur pada komponen yang akan di Ukur. (INGAT JANGAN PASANG ALAT UKUR OHM SAAT KOMPONEN MASIH BERTEGANGAN)
  6. Baca Alat ukur.
Cara membaca OHM METER
  1. Untuk membaca nilai Tahanan yang terukur pada alat ukur Ohmmeter sangatlah mudah.
  2. Anda hanya perlu memperhatikan berapa nilai yang di tunjukkan oleh Jarum Penunjuk dan kemudian mengalikan dengan nilai perkalian Skala yang di pilih dengan sakelar pemilih.
  3. Misalkan Jarum menunjukkan angka 20 sementara skala pengali yang anda pilih sebelumnya dengan sakelar pemilih adalah x100, maka nilai tahanan tersebut adalah 2000 ohm atau setara dengan 2 Kohm.
Misalkan pada gambar berikut terbaca nilai tahanan suatu Resistor:
Multimeter Scale
Kemudian saklar pemilih menunjukkan perkalian skala yaitu x 10k maka nilai resistansi tahanan / resistor tersebut adalah:
Nilai yang di tunjuk jarum   = 26
Skala pengali                           = 10 k
Maka nilai resitansinya       = 26 x 10 k
= 260 k = 260.000 Ohm.
Itulah tutorial mengenai cara membaca ALAT UKUT LISTRIK MULTIMETER atau OHMMETER. Semoga Informasi ini dapat berguna bagi anda dan dapat memberikan anda kemudahan dalam membaca suatu alat ukut. Share

Modifikasi Kiprok / Regulator Pengisian Aki Motor

Ada banyak cara yang dilakukan para seniman otomotif, dalam memodifikasi kiprok alias regulator pengisian aki, dimana tujuan akhirnya adalah untuk menambah daya agar performa aki selalu dalam keadaan mantap ketika akan digunakan untuk memasok energi ke aksesoris tambahan misalnya lampu HID, sirine, lampu besar tambahan, dll.

Untuk menambah koleksi modifikasi kiprok di jagat otomotif, uncle zak akan memberikan warna baru dalam memodifikasi kiprok yang sangat super sederhana, biaya murah, tepat sasaran dan siapapun bisa melakukan modifikasi kiprok bagi yang membaca artikel ini. Jadi anda orang paling beruntung yang pertama membaca artikel ini.dan sebarkan informasi ini pada kawan-kawan.
Cara Kerja Alternator Motor

Energy listrik untuk mengisi aki, menerangi lampu dan memasok energy ke CDI dihasilkan dari sebuah altenator,  isi alternator  motor nampak seperti pada gambar dibawah ini, inti dari alternator motor  terdiri dari beberapa gulungan tembaga disebut juga stator dan dan magnet permanent.disebut juga rotor, jika magnet berputar digerakan mesin akan  menginduksi stator maka dihasilkan listrik arus ac,  seperti listrik yang dipasok PLN.

mengingat energy listrik yang dihasilkan untuk kepentingan pengisian aki maka arus listrik dirubah dari  ac  (arus bolak balik ) menjadi arus DC (arus searah ) dengan menggunakan diode.
berhubung arus listrik yang dihasilkan alternator motor cukup besar dan  voltase cukup tinggi  jika langsung terhubung ke aki atau ke lampu, dimana dampaknya akan menyebabkan aki dan lampu cepat rusak, maka diperlukan sebuah regulator/kiprok, tujuan regulator ini agar pengisian ke aki dan ke lampu bisa seimbang. sesuai dengan kebutuhan.

alternator motor
sekema alternator motor





Cara Kerja Kiprok / Regulator Pengisian Aki

Listrik yang dihasilkan dari alternator motor baik voltase dan arus listrik untuk memasok energi ke aki maupun ke lampu  dikendalikan oleh sebuah alat yang bernama kiprok/regulator..

Ada dua katagori besar cara kerja kiprok  tetapi tetap mengacu basis voltage yaitu :

  1. Basis voltage tegangan aki, contohnya jika voltase aki sudah mencapai tegangan maksimal sebesar  14,2 volt, maka pasokan arus listrik terhenti terputus. atau mengecil, jika voltase aki masih dibawah angka tersebut maka arus listrik tetap dipasok oleh kiprok.
  2. Basis voltase tegangan output stator, contohnya setingan kiprok 13,5 volt pada saat generator motor mencapai tegangan 13,5 volt, walaupun aki belum penuh diode zener membuka saluran memerintahkan SCR membuang kelebihan voltage / energy  ke ground.

Seperti pada gambar dibawah ini rangkaian isi kiprok tipe single maupun 3 phase ketika motor dihidupkan komponen diode bridge langsung bekerja memasok  energi ke aki yang dihasilkan alternator, ketika tegangan aki sudah mencapai setingan pabrik misalnya 13,5 atau 14,2, maka diode zener mulai aktip untuk membuka saluran gate SCR maka terhentilah pasokan listrik ke aki,atau mengecil, sebagian aliran listrik kembali lagi ke stator.

Secara umum garis-garis  besar haluan kabel motor dapat dilihat seperti pada gambar dibawah ini baik single pas maupun 3 phase.
garis besar haluan kabel tipe single phase

garis besar haluan kabel tipe  3 phase
Masalah Kurang Pasokan Energy Listrik dan seting voltase kiprok terlalu rendah
Buat yang hobi tambah aksesoris-aksesoris  dimotor yang membutuhkan arus listrik besar tentunya dilema tersendiri,  tetapi setiap masalah pasti ada obatnya, ada 101 cara untuk mengobatinya, berikut ini uncle zak sajikan salah satu cara mengatasi kekurangan pasokan energi listrik dan setingan voltase kiprok terlalu rendah,   hanya dengan biaya Rp 2 ribu s/d 3 ribu untuk menambah pasokan energi listrik. baik untuk single phase maupun 3 phase.

Modifikasi Kiprok / Regulator voltage Model Uncle Zak

cara ini sangat sederhana hanya menggunakan dua buah diode seperti pada gambar dibawah ini ;hasil sangat mantap  energi terus dipasok ke aki sampai kondisi aki full charge 100 %,  namun tetap terkendali tegangan voltase.kiproknya.

cara kerjanya :
penambahan diode arah katoda menuju kiprok fungsinya untuk "membohongi diode zener" tegangan aki terpotong 0,6 volt oleh diode. dan diode zener pun belum aktip   mengangap aki belum penuh.maka saluran gate SCR masih tertutup,  diode bridge terus memasok energy listrik ke aki sampai tegangan 14,8 volt saat tegangan aki lewat angka tersebut maka diode zener mulai aktip membuka saluran gate SCR maka pasokan listrik ke aki terhenti atau mengecil.sebagian aliran listrik kembali lagi ke stator
contoh misalkan setingan kiprok pabrik 14,2

Diode katoda arah aki fungsinya memasok energy listrik ke aki

Modifikasi Kiprok Lewat Jalur Kabel Positip

Modifikasi Tambah Tegangan 0,6 Volt

Modifikasi Penambahan tegangan pengisian aki 0,6 volt model single phase half wave
Modiikasi Penambahan tegangan aki 0,6 volt model full wave  3  phase
Modifikasi Tambah Daya dan voltase 1,2 Volt
modifikasi tambah tegangan 1,2 volt


modifikasi tambah tegangan 1,2 volt


Modifikasi Kiprok Lewat Kabel Negatip


Modifikasi Kiprok  Half wave Tambah Tegangan 0,6 volt

Modifikasi kiprok full wave tambah tegangan 0,6 volt





Langkah-langkah modifikasi :

ukur terlebih dahulu voltase standar kiprok pabrik dengan alat voltmeter digital ukur tegangan aki, mesin hidupkan tancap gas amati volmeter, perhatikan tegangan aki jika maksimal 13,5 volt sebaiknya modifikasi tambah tegangan 1,2 volt. jika tegangan maksimal 14,2 s/d 14,4 sebaiknya modifikasi tambah tegangan 0,6 volt.

Keuntungan Modifikasi kiprok :
  • kondisi aki dalam keadaan setiap saat full 100 % 
  • dapat memasok  energy untuk aksesoris tambahan 
  • dapat perpanjang umur pakai aki (lihat Teori dasar Aki )
  • Tarikan stater jadi enteng karena aki dalam keadaan full
  • lampu besar lebih terang
  • suara klakson lebih lantang 
  • mengurangi efek panas kiprok, karena mengurangi konek  SCR dari jalur  listrik ac (alternating current)  ke masa/ground
  • buat yang kiproknya mengalami masalah panas berlebih bisa memakai trik ini
Kerugiannya :
  • ada pekerjaan  baru setiap dua minggu sekali harus cek  kondisi air aki harus diperiksa khusus aki basah

Cara Buat  dan pemasangannya :

Gambar 1 : Cara buat diode model 1/1



Gambar 2 : bentuk diode 6 ampere

Gambar 3 : Rangkaian Diode 5/1

Gambar 4: Rangkaian Diode Modifikasi  3/1 Tambah Voltase kiprok

Cara Pasang Diode pada  Jalur Negatip





Gambar 5 : Cara Pasang diode jalur Negatip

Gambar 6 : pasang pada jalur negatip


Cara Pasang Diode dan kiprok



Cara Pasang Diode Jalur Negatip

kabel warna hijau diputus disambungkan ke rangkaian diode

anatomi kiprok half wave motor honda supra fit



Pengujian Penambahan Diode Pada Jalur Negatip


Pengujian dilakukan pada motor honda supra fit tahun 2007
standar kiprok maksimal Voltase pengisian  14,30 volt
Aki yang digunakan 3,5 ampere GTZ-5S  MF merk GS

Langkah pertama Potong Kabel hijau kiprok

Sambungkan dengan diode konek ke ground /body















voltage terbaca 15,1 volt rasa mantap

Voltage terbaca 16,6 volt mantap full power

 

Catatan Penting Hasil Riset Uncle Zak Modifikasi Kiprok :
  1. Sebaiknya jika ingin  modifikasi kiprok tambah daya pakai Jalur negatip untuk jenis  motor apapun
  2. Ukur terlebih dahulu drop voltage diode, uncle zak dalam tulisan ini pakai 0,6 volt drop voltage diode yang umum, namun saat ini, banyak juga beredar diode drop voltage hanya 0,3 volt. jadi tinggal hitung berapa diode yg dibutuhkan untuk menaikan voltage

Semoga informasi ini bermanfaat bagi masyarakat automotive
Share